Bisnis online berkembang pesat dalam satu dekade terakhir. Marketplace menjadi pusat perputaran uang digital dengan miliaran transaksi setiap tahunnya. Namun, di balik kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan, ada realitas yang sering diabaikan oleh para pebisnis online.
Studi terbaru dari E-Commerce Trends Report 2024 menemukan bahwa 70% bisnis online bergantung sepenuhnya pada marketplace seperti Shopee, Tokopedia, Lazada, dan sejenisnya. Namun, 90% dari mereka tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang mengalami kerugian dalam jangka panjang. Ini bukan sekadar spekulasi, melainkan sebuah fakta yang jarang dibahas secara terbuka.
Apa sebenarnya yang terjadi? Bagaimana marketplace yang seharusnya membantu justru bisa merugikan? Dan mengapa mayoritas pebisnis online tidak menyadari hal ini?
Dominasi Marketplace: Kenyamanan yang Menjadi Ketergantungan
Marketplace telah menjadi ekosistem utama bisnis digital. Laporan Statista (2024) menunjukkan bahwa lebih dari 80% transaksi e-commerce di Asia Tenggara terjadi melalui marketplace, sementara website bisnis mandiri hanya menyumbang kurang dari 15% dari total transaksi.
Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama:
-
Marketplace memiliki trafik yang besar, sehingga mempermudah akses ke calon pelanggan.
-
Proses transaksi lebih mudah, karena sistem pembayaran, pengiriman, dan promosi sudah tersedia.
-
Kepercayaan konsumen lebih tinggi, karena marketplace dianggap lebih aman dibandingkan belanja langsung dari website kecil.
Namun, inilah yang kemudian menjadi masalah. Ketika terlalu bergantung pada marketplace, bisnis online secara tidak sadar menyerahkan kendali penuh kepada platform yang bisa mengubah aturan kapan saja.
Realitas yang Jarang Disadari: Bagaimana Marketplace Merugikan Bisnis Online?
Banyak pebisnis online tidak menyadari bahwa mereka berada dalam perangkap jangka panjang yang bisa merugikan mereka secara sistematis. Berikut beberapa fakta yang mengejutkan:
1. Biaya Komisi dan Iklan yang Tinggi Menggerus Keuntungan
Marketplace tidaklah gratis. Mereka mengambil komisi dari setiap transaksi yang terjadi di platform mereka.
-
Data dari Marketplace Seller Report (2024) mengungkapkan bahwa rata-rata komisi yang dikenakan oleh marketplace berkisar antara 5% hingga 20% per transaksi.
-
Biaya iklan digital di marketplace meningkat hingga 40% dalam lima tahun terakhir, memaksa penjual untuk mengeluarkan dana lebih besar agar tetap terlihat di pencarian.
Dengan biaya ini, banyak penjual yang sebenarnya hanya mendapatkan margin keuntungan tipis, atau bahkan merugi jika tidak menghitung biaya secara cermat.
2. Perubahan Algoritma yang Tidak Menguntungkan Seller Kecil
Marketplace mengendalikan visibilitas produk melalui algoritma mereka.
-
Studi dari Harvard Business Review (2023) menunjukkan bahwa perubahan algoritma marketplace sering kali lebih menguntungkan seller besar dibandingkan seller kecil.
-
Produk yang memiliki anggaran iklan besar akan lebih sering muncul dibandingkan produk dari seller kecil yang mengandalkan pencarian organik.
Artinya, meskipun kualitas produk bagus, tanpa budget besar untuk iklan, produk akan tenggelam dalam pencarian.
3. Risiko Perang Harga yang Tidak Sehat
Karena marketplace adalah platform terbuka, persaingan harga terjadi secara langsung di antara seller.
-
Riset McKinsey & Company (2024) menemukan bahwa 68% seller di marketplace terpaksa menurunkan harga produk demi bersaing, meskipun itu berarti mengorbankan profitabilitas.
-
Produk yang sama bisa dijual oleh banyak seller dengan harga lebih rendah dari modal, menciptakan perang harga yang justru menghancurkan bisnis kecil.
Seller kecil sering kali tidak memiliki daya tahan finansial untuk bertahan dalam persaingan ini dan akhirnya menyerah.
4. Tidak Ada Kendali atas Data Pelanggan
Marketplace mengontrol semua data pelanggan. Seller hanya mendapatkan data transaksi tanpa akses langsung ke informasi pelanggan.
-
Data dari Forrester Research (2024) menunjukkan bahwa 87% marketplace tidak memberikan akses email atau kontak pelanggan kepada seller.
-
Tanpa data pelanggan, seller tidak bisa membangun hubungan jangka panjang atau melakukan strategi pemasaran ulang di luar marketplace.
Marketplace menggunakan data ini untuk keuntungan mereka sendiri, termasuk merekomendasikan produk lain atau bahkan menjual produk yang sama melalui brand mereka sendiri.
5. Marketplace Bisa Menjadi Pesaing Langsung
Salah satu fakta yang jarang diketahui adalah bahwa marketplace sering kali memiliki produk mereka sendiri.
-
Studi dari Digital Commerce 360 (2024) menemukan bahwa 35% marketplace besar menjual produk dengan merek mereka sendiri, sering kali meniru produk yang laris dari seller.
-
Produk ini dipromosikan lebih agresif, sementara seller independen semakin sulit bersaing.
Marketplace memiliki akses ke data penjualan terbaik, dan mereka bisa menggunakan data ini untuk meluncurkan produk pesaing dengan harga lebih murah dan margin yang lebih tinggi.
Apakah Bisnis Online Harus Meninggalkan Marketplace?
Meskipun marketplace memiliki banyak kekurangan, meninggalkannya sepenuhnya juga bukan solusi. Namun, bisnis online harus mulai membangun strategi alternatif agar tidak sepenuhnya bergantung pada marketplace.
Beberapa langkah yang bisa diambil:
-
Bangun Website Sendiri
-
Dengan memiliki website, bisnis memiliki kendali penuh atas branding, data pelanggan, dan strategi pemasaran.
-
Laporan Shopify (2024) menunjukkan bahwa bisnis yang memiliki website sendiri cenderung memiliki loyalitas pelanggan lebih tinggi dibandingkan seller marketplace.
-
-
Gunakan Media Sosial untuk Menarik Pelanggan Langsung
-
Media sosial bisa menjadi alat yang kuat untuk menarik pelanggan tanpa harus membayar komisi ke marketplace.
-
-
Kembangkan Database Pelanggan
-
Dengan memiliki data pelanggan sendiri, bisnis bisa melakukan strategi pemasaran langsung seperti email marketing dan retargeting ads.
-
-
Diversifikasi Kanal Penjualan
-
Jangan hanya mengandalkan satu platform, gunakan marketplace sebagai alat tambahan, bukan satu-satunya sumber pendapatan.
-
Kesimpulan: Marketplace Bisa Menjadi Jebakan bagi Bisnis Online
Marketplace memang menawarkan kemudahan, tetapi bisnis yang terlalu bergantung pada marketplace sebenarnya sedang berada dalam perangkap yang merugikan dalam jangka panjang.
-
70% bisnis online terlalu bergantung pada marketplace, tanpa menyadari bahwa mereka tidak memiliki kendali penuh atas bisnis mereka sendiri.
-
90% seller tidak sadar bahwa biaya tersembunyi, perang harga, dan kontrol data pelanggan membuat mereka kehilangan potensi keuntungan besar.
-
Marketplace bisa mengubah aturan kapan saja, dan seller kecil tidak memiliki daya tawar untuk melawan.
Kini saatnya para pelaku bisnis online mulai menyusun strategi agar tidak sepenuhnya dikendalikan oleh marketplace. Jika tidak, mereka hanya akan menjadi bagian dari statistik seller yang terus-menerus berjuang tanpa pernah benar-benar memiliki bisnis mereka sendiri.









.jpg)


