Nama Pemilik: Nur Jannah
Usia & Profesi Sebelumnya: 32 tahun, mantan pegawai administrasi pabrik
Nama Usaha: Kopi Pekerja
Lokasi: Kawasan Industri Cikarang
Tahun Mulai: 2021 Sampai sekarang
Inspirasi Awal Memilih Usaha
Nur Jannah tidak pernah membayangkan bahwa suatu hari ia akan menjadi seorang pengusaha. Sebelum terjun ke dunia bisnis, ia adalah seorang pegawai administrasi di sebuah pabrik tekstil di kawasan industri Bekasi. Dengan usia 32 tahun, ia telah menghabiskan hampir satu dekade bekerja dari pagi hingga petang, menjalani rutinitas yang monoton, dan menerima gaji yang cukup untuk hidup, tetapi tidak cukup untuk berkembang.
Namun, suatu hari hidupnya berubah. Pabrik tempatnya bekerja mengalami penurunan produksi dan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara bertahap. Nur Jannah, yang saat itu masih memiliki harapan untuk bertahan, akhirnya menerima kenyataan pahit: namanya termasuk dalam daftar karyawan yang harus diberhentikan.
Hari itu, ia pulang dengan hati yang berat. Ia duduk di sudut rumah kontrakannya yang kecil, memandangi langit-langit dengan pikiran yang kosong. Dengan pesangon yang tidak seberapa, ia sadar bahwa ia tidak bisa terus-menerus bergantung pada pekerjaan kantoran. Ia harus menemukan jalan baru untuk bertahan hidup.
Momen yang Mengubah Hidup
Di tengah kebingungannya, Nur Jannah teringat kebiasaannya setiap pagi sebelum masuk kerja: membeli segelas es kopi di sebuah warung kecil di depan pabrik. Ia menyadari bahwa hampir semua karyawan di kawasan industri melakukan hal yang sama—mereka butuh kopi untuk menjaga semangat kerja mereka.
Ia berpikir, "Kenapa aku tidak mencoba usaha kopi sendiri?"
Namun, ide itu tidak serta-merta membuatnya langsung bertindak. Ia ragu. Ia takut gagal. Bagaimana kalau usahanya tidak laku? Bagaimana kalau ia kehabisan modal sebelum sempat berkembang? Keraguan itu menghantuinya selama berhari-hari, hingga suatu malam, saat sedang merenung, ibunya menelepon.
"Ibu tahu kamu sedang sedih, tapi hidup ini harus terus berjalan, Nak. Kalau kamu punya keinginan, jangan takut mencoba. Kalau kamu gagal, itu bukan akhir. Itu hanya jalan memutar menuju kesuksesan."
Kata-kata itu seperti menyentaknya dari mimpi buruk. Ia memutuskan untuk berhenti takut dan mulai bertindak.
Perjuangan Memulai Usaha dari Nol
Berbekal pesangon yang tersisa dan sedikit tabungan, ia mulai mencari tahu bagaimana cara membuat kopi yang enak. Ia belajar dari video YouTube, membaca artikel tentang bisnis kopi, hingga mencoba berbagai resep di dapurnya sendiri. Ia bahkan pergi ke warung kopi tempatnya biasa membeli es kopi dan bertanya pada pemiliknya tentang bagaimana cara menjalankan usaha tersebut.
Dengan tekad yang kuat, ia akhirnya memutuskan untuk memulai dengan modal yang sangat terbatas. Tidak mampu menyewa tempat, ia menggunakan gerobak sederhana yang ia beli dari pasar loak dan sedikit memodifikasinya menjadi booth kopi kecil. Ia memilih nama "Kopi Pekerja", sebagai bentuk penghormatan kepada para pekerja di kawasan industri yang setiap hari berjuang demi keluarga mereka.
Namun, tantangan sebenarnya baru dimulai.
Di hari pertama berjualan, ia hanya mendapatkan lima pelanggan. Di hari kedua, ia mencoba menawarkan kopi ke para pekerja yang sedang istirahat, tapi banyak yang menolak. Hatinya hampir runtuh. Ia mulai mempertanyakan keputusannya. Apakah ia telah membuat kesalahan? Apakah seharusnya ia mencari pekerjaan baru saja?
Tapi kemudian, ia mengingat nasihat ibunya: "Jangan takut mencoba."
Ia mulai berpikir lebih kreatif. Ia memberikan sampel gratis kepada beberapa pekerja dan meminta mereka mencicipi kopinya. Ia juga mulai menawarkan promo, seperti beli dua gratis satu, dan dalam waktu beberapa minggu, orang-orang mulai mengenalnya.
Bulan demi bulan berlalu, dan "Kopi Pekerja" mulai menarik lebih banyak pelanggan. Dari hanya beberapa gelas sehari, kini ia bisa menjual puluhan hingga ratusan gelas per hari. Dengan kerja keras, tekad, dan semangat pantang menyerah, usaha yang dulu hanya sebuah mimpi kini telah menjadi kenyataan.
Dan di saat ia berdiri di depan gerobaknya yang kini sudah berkembang menjadi sebuah kios kecil, ia tersenyum dan berkata dalam hati, "Aku tidak menyesal memilih jalan ini."
1. Modal Awal
Nur Jannah memulai usaha es kopi kekiniannya dengan modal terbatas. Ia mengutamakan efisiensi dalam pengadaan peralatan, bahan baku, kemasan, dan biaya operasional awal. Berikut rincian modal awalnya:
A. Peralatan
| Item | Jumlah | Harga Satuan (Rp) | Total (Rp) |
|---|---|---|---|
| Mesin kopi espresso | 1 | 3.500.000 | 3.500.000 |
| Coffee grinder | 1 | 800.000 | 800.000 |
| Blender | 1 | 600.000 | 600.000 |
| Dispenser air | 1 | 400.000 | 400.000 |
| Termos es | 1 | 350.000 | 350.000 |
| Meja dan etalase | 1 set | 1.500.000 | 1.500.000 |
| Total Peralatan | 7.150.000 |
B. Bahan Baku
| Item | Jumlah | Harga Satuan (Rp) | Total (Rp) |
|---|---|---|---|
| Biji kopi lokal | 5 kg | 150.000/kg | 750.000 |
| Susu segar | 20 liter | 30.000/liter | 600.000 |
| Gula aren | 5 kg | 50.000/kg | 250.000 |
| Sirup berbagai rasa | 3 botol | 100.000/botol | 300.000 |
| Es batu | 10 kantong | 10.000/kantong | 100.000 |
| Total Bahan Baku | 2.000.000 |
C. Kemasan
| Item | Jumlah | Harga Satuan (Rp) | Total (Rp) |
|---|---|---|---|
| Gelas plastik + tutup | 500 pcs | 1.000/pcs | 500.000 |
| Sedotan dan sendok takar | - | - | 150.000 |
| Total Kemasan | 650.000 |
D. Operasional Awal
| Item | Jumlah | Harga Satuan (Rp) | Total (Rp) |
|---|---|---|---|
| Sewa tempat (3 bulan) | 1 | 1.500.000/bulan | 4.500.000 |
| Desain branding dan spanduk | 1 | 500.000 | 500.000 |
| Promosi awal (media sosial) | - | - | 700.000 |
| Total Operasional Awal | 5.700.000 |
E. Total Modal
| Kategori | Total (Rp) |
|---|---|
| Peralatan | 7.150.000 |
| Bahan Baku | 2.000.000 |
| Kemasan | 650.000 |
| Operasional Awal | 5.700.000 |
| Total Modal | 15.500.000 |
2. Perjalanan Usaha dan Omzet
Bulan 1-3: Awal Perjuangan
Nur Jannah memulai usahanya dengan semangat tinggi, meskipun pada awalnya ia hanya mampu menjual 30-50 gelas kopi per hari. Pekerja pabrik di sekitar kawasan industri mulai tertarik dengan konsepnya: kopi berkualitas dengan harga terjangkau. Dengan harga rata-rata Rp15.000 per gelas, omzet harian sekitar Rp500.000 - Rp750.000.
Namun, tantangan pun datang. Di bulan kedua, banyak pelanggan yang mengeluhkan antrean lama karena hanya ada satu mesin espresso. Nur Jannah harus bekerja ekstra cepat dan mencari solusi agar pelanggan tetap puas.
Bulan 4-6: Peningkatan Omzet dan Loyalitas Pelanggan
Beradaptasi dengan tantangan, Nur Jannah mengubah sistem pelayanan menjadi lebih efisien. Ia mulai menyediakan pesanan dalam botol kemasan untuk pelanggan yang ingin membeli dalam jumlah banyak sekaligus. Omzetnya naik hingga Rp1.000.000 per hari atau sekitar Rp30.000.000 per bulan.
Ia juga mulai mempekerjakan satu karyawan tambahan untuk membantu operasional harian. Dengan adanya tambahan tenaga kerja, pelayanan menjadi lebih cepat, dan pelanggan pun semakin puas.
Bulan 7-9: Inovasi Menu dan Ekspansi Kecil
Nur Jannah mulai menambahkan varian baru seperti Es Kopi Susu Gula Aren dan Es Kopi Pandan yang langsung menarik perhatian pelanggan. Pada saat yang sama, ia menjalin kerja sama dengan beberapa kantin di pabrik sekitar untuk menitipkan kopi dalam botol siap minum.
Omzetnya melonjak hingga Rp45.000.000 per bulan, dengan keuntungan bersih sekitar 40 persen setelah dipotong biaya operasional.
Bulan 10-12: Membangun Brand dan Persiapan Cabang Baru
Setelah melihat pertumbuhan yang signifikan, Nur Jannah mulai merencanakan pembukaan cabang kedua di kawasan industri yang berbeda. Ia juga memperkuat branding dengan membuat akun media sosial lebih aktif dan bekerja sama dengan influencer lokal.
Dengan jumlah pelanggan tetap yang meningkat pesat, bisnisnya kini menghasilkan omzet lebih dari Rp50.000.000 per bulan, dengan keuntungan bersih mencapai Rp20.000.000.
3. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan:
- Target Pasar yang Jelas – Berada di kawasan industri memastikan adanya pelanggan tetap, terutama pekerja yang membutuhkan kopi untuk energi tambahan sebelum dan sesudah bekerja.
- Biaya Produksi yang Rendah – Kopi memiliki margin keuntungan tinggi dibandingkan minuman lain, karena bahan bakunya bisa dibeli dalam jumlah besar dengan harga murah.
- Peluang Ekspansi – Jika bisnis berkembang, pemilik bisa membuka cabang di lokasi lain dengan model bisnis yang sudah teruji.
- Permintaan Stabil – Kopi adalah minuman favorit banyak orang, yang berarti permintaan akan terus ada tanpa terpengaruh musim.
- Fleksibilitas Inovasi – Menu dapat dikembangkan sesuai dengan tren pasar, seperti menambahkan varian rasa atau format kemasan yang lebih praktis.
Kerugian:
- Ketergantungan pada Jam Kerja Pabrik – Jika ada libur panjang atau perubahan shift kerja, penjualan bisa menurun drastis.
- Persaingan Ketat – Di kawasan industri, banyak usaha kecil yang menjual minuman serupa dengan harga lebih murah, sehingga harus terus berinovasi untuk mempertahankan pelanggan.
- Ketahanan Bahan Baku – Susu segar dan es batu memiliki masa simpan yang pendek. Jika tidak dikelola dengan baik, bahan baku bisa terbuang sia-sia dan meningkatkan biaya operasional.
- Investasi Peralatan – Mesin kopi dan peralatan lainnya membutuhkan perawatan berkala, yang jika diabaikan dapat menyebabkan biaya tambahan yang cukup besar.
- Kendala Cuaca – Saat musim hujan, penjualan es kopi cenderung menurun karena pelanggan lebih memilih minuman hangat.









.jpg)


