Kisah Kegagalan Usaha Es Kopi Susu Kekinian: “Kopi Dira” Bandung Jabar 2022
Profil Pemilik Usaha
- Nama: Nadira Putri
- Usia Saat Memulai Usaha: 23 tahun
- Nama Usaha: Kopi Dira
- Lokasi Usaha: Bandung, Jawa Barat
- Tahun Memulai Usaha: 2022
Awal Mula Memilih dan Memulai Usaha
Nadira adalah seorang wanita muda yang baru saja lulus kuliah jurusan Manajemen di Bandung. Sejak kuliah, ia memiliki ketertarikan dengan dunia bisnis dan sering membaca kisah sukses para pebisnis kopi yang berhasil membangun merek terkenal. Ia memperhatikan bahwa tren kopi susu kekinian semakin berkembang dan menjadi gaya hidup anak muda.
Dari situ, Nadira berpikir:
"Kalau brand-brand besar bisa sukses, kenapa aku tidak? Bukankah bisnis kopi itu modalnya tidak terlalu besar dan mudah dijalankan?"
Dengan semangat membara, ia mulai merancang konsep bisnisnya. Karena modalnya terbatas, ia memilih untuk membuka kedai kopi kecil dengan konsep grab & go, yakni pelanggan membeli kopi dan membawanya tanpa harus duduk lama.
Ia juga yakin bahwa branding adalah kunci utama. Oleh karena itu, ia menyiapkan nama "Kopi Dira", mengusung konsep kopi susu kekinian dengan berbagai rasa unik yang belum banyak dijual di Bandung.
Rincian Modal Awal
Untuk mewujudkan impian bisnisnya, Nadira mengumpulkan seluruh tabungannya dan mendapatkan pinjaman dari orang tuanya. Ia menghitung semua kebutuhan bisnisnya dengan cermat.
Sebelum menjabarkan rincian modalnya, ia berkata dalam hati:
"Aku harus memastikan modal ini cukup untuk minimal tiga bulan operasional, agar usahaku bisa berjalan tanpa kendala."
| Keperluan | Biaya (IDR) |
|---|---|
| Sewa tempat (3 bulan) | 12.000.000 |
| Peralatan kopi (mesin espresso, grinder, saringan, dll.) | 15.000.000 |
| Bahan baku awal (biji kopi, susu, gula aren, sirup, dll.) | 5.000.000 |
| Cup, sedotan, tutup, stiker, kemasan takeaway | 3.000.000 |
| Branding (desain logo, banner, menu, dll.) | 2.000.000 |
| Biaya operasional awal (listrik, air, internet) | 2.500.000 |
| Promosi awal (iklan Instagram, influencer lokal, diskon pembukaan) | 3.500.000 |
| Gaji pegawai (1 orang, 3 bulan) | 9.000.000 |
| Lain-lain (cadangan dana tak terduga) | 3.000.000 |
| Total Modal Awal | 55.000.000 |
Strategi Usaha yang Dilakukan Namun Gagal
-
Menawarkan Menu yang Unik dan Beragam
Nadira percaya bahwa pelanggan menyukai sesuatu yang baru. Oleh karena itu, ia menciptakan varian kopi yang belum banyak dijual, seperti:- Es Kopi Susu Pandan
- Es Kopi Susu Alpukat
- Es Kopi Susu Stroberi
- Cold Brew dengan infused lemon
Namun, pelanggan justru lebih menyukai menu klasik seperti es kopi susu gula aren. Stok bahan untuk varian unik sering kali tidak habis dan terbuang percuma.
-
Diskon dan Promo Besar-besaran
Pada bulan pertama, Nadira memberikan promo beli satu gratis satu. Awalnya, banyak pelanggan datang, tetapi setelah promo berakhir, pelanggan menghilang. Mereka hanya tertarik pada harga murah, bukan pada rasa atau kualitas. -
Bekerjasama dengan Influencer Lokal
Nadira menghabiskan jutaan rupiah untuk membayar beberapa influencer Instagram agar mempromosikan produknya. Sayangnya, engagement yang dihasilkan tidak sesuai harapan. Followers para influencer hanya memberikan like tanpa benar-benar datang membeli kopi. -
Ekspansi ke Layanan Pesan Antar
Nadira memasukkan Kopi Dira ke GoFood dan GrabFood, berharap mendapatkan lebih banyak pelanggan. Namun, karena persaingan ketat, tokonya jarang muncul di daftar teratas. -
Rebranding dan Perubahan Konsep Secara Mendadak
Karena sepi pelanggan, Nadira mencoba mengubah menu dan desain brandingnya. Namun, pelanggan yang mulai mengenal Kopi Dira justru kebingungan dengan perubahan yang terlalu cepat.
PENYEBAB KEGAGALAN USAHA & SOLUSI
1. Salah dalam Membaca Pasar dan Kebutuhan Pelanggan
Masalah:
Nadira berpikir bahwa inovasi rasa akan menjadi daya tarik utama, sehingga ia menawarkan varian seperti Es Kopi Susu Alpukat dan Kopi Susu Stroberi. Namun, pelanggan justru lebih suka varian klasik seperti Es Kopi Susu Gula Aren.
Selain itu, target pasar yang ia bidik (anak muda usia 18-30 tahun) lebih menyukai kopi yang simple dan terjangkau. Kopi Dira justru mematok harga yang sedikit lebih tinggi karena menggunakan bahan premium. Akibatnya, pelanggan lebih memilih kedai kopi lain dengan harga lebih murah dan rasa yang sudah mereka kenal.
Solusi:
- Melakukan riset pasar sebelum memulai usaha. Sebelum membuka usaha, lakukan survei atau polling di media sosial untuk mengetahui minuman apa yang benar-benar diminati pelanggan.
- Memulai dengan varian klasik, lalu bereksperimen secara bertahap. Jangan langsung menawarkan banyak varian unik tanpa melihat respons pelanggan terlebih dahulu.
- Menyesuaikan harga dengan daya beli target pasar. Jika targetnya anak muda, pastikan harga tetap terjangkau tanpa mengorbankan keuntungan.
2. Strategi Promosi yang Tidak Efektif dan Tidak Berkelanjutan
Masalah:
Pada awal pembukaan, Nadira memberikan promo besar-besaran seperti diskon 50% dan beli satu gratis satu. Hal ini memang menarik banyak pelanggan di awal, tetapi setelah promo berakhir, pelanggan menghilang karena mereka hanya tertarik dengan harga murah, bukan pada rasa atau kualitas produk.
Selain itu, Nadira terlalu fokus pada promosi online dengan influencer, tetapi tidak membangun keterlibatan langsung dengan pelanggan tetap. Akibatnya, pelanggan baru datang hanya sesekali tanpa ada upaya untuk mempertahankan mereka dalam jangka panjang.
Solusi:
- Membangun program loyalitas, seperti sistem poin atau diskon khusus untuk pelanggan tetap. Misalnya, setelah membeli 10 gelas, pelanggan mendapatkan satu gelas gratis.
- Menawarkan promo yang lebih strategis, seperti diskon di jam tertentu (happy hour) atau diskon khusus untuk pelanggan yang mengunggah ulasan positif di media sosial.
- Berinteraksi langsung dengan pelanggan, misalnya dengan mengadakan giveaway kecil atau acara komunitas untuk membangun hubungan lebih dekat dengan mereka.
3. Pengelolaan Keuangan yang Buruk dan Pemborosan di Awal
Masalah:
Nadira terlalu optimis saat memulai bisnis dan langsung mengeluarkan modal besar untuk branding, desain kemasan yang mahal, dan promosi influencer tanpa analisis yang jelas. Ia juga menyewa tempat di lokasi yang cukup mahal tanpa mempertimbangkan biaya operasional dalam jangka panjang.
Akibatnya, modal awalnya cepat habis dalam beberapa bulan, sementara pemasukan tidak stabil. Ditambah lagi, ia tidak memiliki sistem pencatatan keuangan yang rapi sehingga sulit melacak keuntungan dan kerugian.
Solusi:
- Memulai usaha dengan modal yang lebih efisien dan tidak menghabiskan dana besar hanya untuk branding. Fokus pada kualitas produk terlebih dahulu.
- Mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran secara rinci, baik dengan buku catatan manual maupun aplikasi keuangan agar dapat memantau kondisi keuangan usaha.
- Mengalokasikan dana darurat untuk minimal enam bulan operasional agar tidak mengalami kebangkrutan mendadak ketika pemasukan masih belum stabil.
4. Persaingan yang Sangat Ketat dan Kurangnya Diferensiasi
Masalah:
Kedai kopi di Bandung sudah sangat banyak, baik dari brand besar maupun UMKM lokal yang menawarkan harga lebih murah. Nadira tidak memiliki keunikan yang membedakan Kopi Dira dari kompetitor lainnya.
Selain itu, banyak kedai kopi lain yang sudah lebih dahulu populer di layanan pesan antar seperti GoFood dan GrabFood, sehingga Kopi Dira tenggelam dalam daftar merchant dan jarang muncul di pencarian pelanggan.
Solusi:
- Menemukan keunikan bisnis yang membedakan Kopi Dira dari kompetitor, seperti menggunakan bahan baku dari petani lokal, konsep kopi cepat saji untuk pekerja kantoran, atau memiliki desain kedai yang lebih nyaman dan Instagrammable.
- Mengoptimalkan strategi pemasaran digital dengan fokus pada local targeting, seperti memasang iklan berbayar di media sosial yang hanya ditujukan untuk pengguna di sekitar lokasi usaha.
- Membangun kerja sama dengan komunitas lokal, seperti komunitas pecinta kopi atau mahasiswa di sekitar area usaha untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.
5. Kurangnya Adaptasi dan Fleksibilitas dalam Bisnis
Masalah:
Ketika penjualan mulai menurun, Nadira terlalu lama bertahan dengan strategi awalnya tanpa melakukan perubahan yang signifikan. Ia baru mencoba rebranding dan perubahan menu setelah bisnisnya sudah hampir bangkrut, sehingga hasilnya tidak efektif.
Selain itu, ia tidak cepat menyesuaikan diri dengan kebiasaan pelanggan yang berubah, misalnya tren pembelian kopi secara online yang semakin meningkat.
Solusi:
- Memantau tren pasar dan perilaku pelanggan secara berkala, misalnya dengan mengamati tren di media sosial atau meminta feedback langsung dari pelanggan.
- Berani mengubah strategi bisnis lebih cepat jika melihat tanda-tanda bahwa pendekatan awal kurang berhasil.
- Mencoba model bisnis yang lebih fleksibel, misalnya menawarkan paket berlangganan kopi mingguan untuk pelanggan tetap atau menyediakan kopi dalam botol literan yang bisa dibawa pulang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari kegagalan Kopi Dira, ada beberapa pelajaran penting yang dapat diambil oleh para calon pengusaha kopi atau bisnis kuliner lainnya:
- Riset pasar adalah kunci utama. Jangan hanya mengandalkan insting atau meniru tren tanpa benar-benar memahami kebutuhan pelanggan dan daya beli mereka.
- Promosi harus dirancang untuk membangun loyalitas pelanggan, bukan hanya menarik pelanggan sesaat. Hindari diskon besar-besaran tanpa strategi jangka panjang yang jelas.
- Keuangan bisnis harus dikelola dengan cermat. Jangan terburu-buru menghabiskan modal untuk hal-hal yang belum tentu memberikan keuntungan langsung, seperti influencer marketing atau branding yang berlebihan.
- Bersaing bukan hanya soal harga, tetapi juga soal keunikan. Jika bisnis tidak memiliki ciri khas yang kuat, akan sulit bersaing dengan merek besar yang sudah lebih dikenal.
- Bisnis harus fleksibel dan siap beradaptasi dengan perubahan pasar. Jika strategi awal tidak berhasil, jangan ragu untuk mengevaluasi dan mengubah pendekatan sebelum terlambat.
NADIRA KEMBALI BANGKIT DENGAN STRATEGI BARU
Setelah mengalami kegagalan, Nadira memutuskan untuk tidak menyerah. Ia belajar dari kesalahannya dan merancang strategi baru:
- Fokus pada menu klasik yang lebih diminati pelanggan.
- Menggunakan strategi pemasaran yang lebih organik, seperti word of mouth dan kerja sama dengan komunitas lokal.
- Mengelola keuangan dengan lebih baik agar modal tidak cepat habis.
Kegagalan bukan akhir dari segalanya. Justru dari kegagalan, kita belajar untuk menjadi lebih baik. Bagi siapa pun yang ingin memulai usaha, jangan takut gagal, tetapi persiapkan diri dengan baik agar peluang sukses lebih besar.









.jpg)


