Hiburan dan Hobi - Dunia bisnis hiburan di Indonesia selalu tampil glamor, penuh sorotan, dan tampak alami. Namun, di balik layar, muncul pertanyaan yang menggugah rasa ingin tahu: apakah semua kesuksesan artis, program TV, hingga influencer benar-benar terjadi secara organik? Atau semua sudah diatur dengan rapi oleh segelintir pihak yang punya kuasa? Dan yang lebih mengejutkan, benarkah dampak permainan besar ini ikut menekan nafas pelaku UMKM di Indonesia?
Pola Mencurigakan yang Terlihat Nyata
Coba perhatikan, beberapa artis baru atau influencer tiba-tiba muncul, meroket dalam waktu singkat. Produk yang mereka promosikan langsung masuk ke pasar besar, mulai dari marketplace hingga gerai retail modern. Sementara itu, usaha kecil yang memproduksi barang serupa berjuang mati-matian di pinggir arena tanpa mendapat sorotan.
Data dari laporan Statista (2023) menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara dalam hal belanja berbasis tren viral. Sebanyak 71 persen responden mengaku membeli produk karena terpengaruh popularitas figur publik atau rekomendasi influencer. Pertanyaannya: siapa yang menentukan influencer mana yang akan diangkat?
Bisnis Hiburan Mengatur Panggung dan Penonton
Menurut penelusuran The Conversation Indonesia (2022), banyak agensi besar yang tidak hanya menaungi artis, tetapi juga berafiliasi dengan grup media, agensi iklan, dan bahkan perusahaan FMCG (fast-moving consumer goods). Ini berarti, satu jaringan dapat menciptakan figur publik, menayangkannya di media milik mereka, lalu memasarkan produk mereka sendiri melalui sosok tersebut. Jika sudah begini, UMKM mana yang bisa bersaing tanpa akses ke jaringan semacam itu?
Dampaknya ke Pelaku UMKM
Sebuah laporan SMESCO Indonesia (2023) menuliskan bahwa 38 persen pelaku UMKM di sektor kuliner dan fashion mengaku kesulitan bersaing ketika produk-produk yang muncul lewat endorse artis viral masuk ke pasaran. Beberapa di antaranya mengakui bahwa margin keuntungan mereka tergerus hingga 50 persen setelah produk serupa dipromosikan secara masif lewat media hiburan.
Apakah ini murni persaingan pasar? Atau sudah ada permainan besar yang mengarahkan konsumen untuk hanya membeli produk dari lingkaran tertentu? Data-data hanya menunjukkan pola, kesimpulan akhir kembali pada pembaca.
Siapa yang Bermain di Balik Layar?
Laporan Tempo Investigasi (2023) menyebutkan bahwa beberapa konglomerasi besar di Indonesia memegang kendali multi-sektor: media, hiburan, perbankan, e-commerce, hingga jaringan retail. Dalam beberapa kasus, satu kelompok bisnis dapat mengendalikan apa yang ditampilkan di layar TV, siapa yang viral di media sosial, hingga produk apa yang akan dipajang di rak minimarket.
Pola ini menjelaskan mengapa tidak semua yang berbakat bisa naik ke permukaan. Kemungkinan besar, bukan hanya soal kualitas atau keunikan produk, tetapi juga akses ke jaringan distribusi dan kekuatan modal.
Bukti-Bukti yang Sulit Dibantah
Perhatikan kasus beberapa merek minuman dan makanan yang viral sejak 2021. Hampir semuanya berujung ke satu pola: sosok influencer naik secara tiba-tiba, lalu produk mereka langsung tersedia di supermarket besar dan minimarket nasional. Di balik layar, produk tersebut ternyata bukan benar-benar milik sang influencer, melainkan bagian dari grup bisnis yang menguasai media yang mempopulerkan mereka.
Bisnis Indonesia (2024) juga mencatat adanya kecenderungan praktik semacam ini di sektor fashion. Beberapa brand fashion yang tampak ‘mendadak sukses’ ternyata memiliki investor besar yang juga berkaitan dengan perusahaan media atau platform digital utama di Indonesia.
Konspirasi atau Sekadar Strategi Cerdas?
Pertanyaan ini menjadi kabur. Apakah ini konspirasi besar atau hanya strategi bisnis yang cerdas? Jawabannya bisa keduanya. Apa pun itu, yang pasti dampaknya dirasakan pelaku UMKM. Mereka harus bersaing dengan kekuatan modal, akses media, dan algoritma yang tidak berpihak pada yang kecil.
Seorang pakar bisnis dari Universitas Airlangga, Dr. Arya Putra, dalam kolom opini di Kompas.id (2023), menulis:
"Jika pelaku UMKM tidak membangun jaringan komunitas dan kolaborasi, mereka akan terus menjadi korban dari sistem yang terpusat di lingkaran konglomerasi besar. Bisnis hiburan hanyalah puncak gunung es dari ekosistem bisnis yang sudah sangat terkonsolidasi."
Apakah Algoritma Juga Bagian dari Permainan?
Tak sedikit pelaku UMKM yang mengeluh bahwa iklan mereka di media sosial kalah jangkauan dengan iklan milik brand besar, meski budget iklan cukup besar. Ini menimbulkan dugaan bahwa algoritma di platform digital mungkin saja telah diatur untuk memprioritaskan pemain besar.
Digital Advertising Report 2023 oleh eMarketer menyebutkan bahwa algoritma iklan di platform besar cenderung memprioritaskan akun yang sudah memiliki rekam jejak kredibilitas tinggi dan jangkauan besar. Siapa yang punya rekam jejak besar? Mereka yang sebelumnya sudah didorong oleh media arus utama. Rantai lingkaran tertutup ini membuat pemain kecil hanya menjadi penonton.
Misteri yang Tak Pernah Dibuka
Tidak ada yang mau membicarakan fakta bahwa ‘kesuksesan’ di bisnis hiburan dan dampaknya pada pasar UMKM mungkin sudah direkayasa. Tidak ada bukti hitam di atas putih, tapi pola-pola mencurigakan sulit diabaikan. Apakah semua yang viral dan laku keras adalah murni hasil kreativitas? Atau sudah disiapkan sejak jauh hari di meja pertemuan para pengendali modal?
Masyarakat mungkin tidak pernah benar-benar tahu. Tapi pelaku UMKM yang sehari-hari merasakan dampaknya, perlahan mulai memahami bahwa mereka sedang bertarung dengan kekuatan besar yang tidak hanya bergerak di layar, tetapi juga mengendalikan preferensi belanja rakyat kecil.
Saatnya Membuka Mata
Kesuksesan di dunia bisnis hiburan, dan produk yang lahir darinya, tidak selalu murni. Banyak yang terjadi karena desain dan permainan jaringan bisnis besar. UMKM harus memahami peta ini. Mereka harus mulai membangun kekuatan kolektif, memperkuat branding independen, dan memanfaatkan komunitas agar tidak sepenuhnya bergantung pada algoritma yang tidak adil.
Bukan berarti tidak bisa bertahan. Tetapi strategi harus berubah. Bukan hanya bersaing dalam produk, tetapi juga memahami permainan distribusi, media, dan jaringan kekuatan modal.
Pertanyaan Terakhir
Apakah semua kesuksesan di bisnis hiburan sudah diatur? Data tidak pernah menjawab langsung. Tapi pola, fakta lapangan, dan kesaksian pelaku bisnis kecil di Indonesia menunjukkan: ada yang bekerja di balik layar, lebih rapi, lebih terencana, dan tidak selalu terlihat.
Jika pelaku UMKM tidak membuka mata mulai hari ini, mereka hanya akan menjadi korban berikutnya dari sistem yang menyukai yang besar, mengangkat yang sudah mapan, dan membiarkan yang kecil bertahan sendirian di tengah arus besar yang tidak dapat mereka kendalikan.












