Bisnis Hiburan dan Hobi - Di balik gemerlap panggung, sorotan kamera, dan tepuk tangan penonton, ada kenyataan yang jarang diungkap: 90 persen artis yang terjun ke bisnis hiburan di Indonesia hanya bertahan kurang dari 2 tahun. Angka ini bukan sekadar perkiraan, tapi cerminan kerasnya persaingan dan kejamnya industri yang hanya memuja apa yang sedang tren, lalu membuangnya begitu tren bergeser.
Data dan Angka yang Menggugah Pikiran
Berdasarkan laporan dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) tahun 2023 yang bekerja sama dengan Media Data Analytics, dari sekitar 1.500 pendatang baru di industri hiburan setiap tahunnya - mulai dari penyanyi, aktor, selebgram, hingga komika - hanya sekitar 10 persen yang masih aktif setelah 24 bulan. Sebagian besar hanya menjadi nama yang pernah viral, lalu menghilang tanpa jejak.
Penelitian dari Center for Creative Economy Studies Universitas Indonesia pada 2023 juga menemukan bahwa dari 500 artis muda yang disurvei, 78 persen mengaku tidak lagi mendapat kontrak kerja atau panggilan casting di tahun kedua karir mereka. Bahkan 55 persen mengakui bahwa dalam satu tahun saja, mereka sudah mulai ditinggalkan.
Penyebab Utama Mengapa Artis Cepat Tenggelam
1. Dunia yang Digerakkan oleh Tren
Bisnis hiburan adalah bisnis momentum. Artis yang lahir dari momen viral atau ajang pencarian bakat hanya akan bertahan selama publik masih tertarik. Begitu tren berganti, nama mereka ikut hilang. Studi dari Harvard Business Review menyebutkan bahwa masa hidup ketenaran instan rata-rata hanya 14 hingga 18 bulan, kecuali jika mereka berhasil membangun personal branding yang kuat.
2. Tidak Punya Ciri Khas yang Kuat
Sebanyak 63 persen artis gagal bertahan karena tidak punya diferensiasi. Data ini didapat dari riset Jakarta Entertainment Development Board (JEDB) pada 2023. Artis yang hanya mengandalkan tampilan fisik atau suara bagus akan kalah dengan mereka yang punya karakter unik dan konsisten.
3. Permainan Tertutup di Balik Panggung
Tempo Investigasi edisi Juli 2023 mengungkap praktik 'jalur tertutup' dalam bisnis hiburan Indonesia. Agensi besar hanya memprioritaskan artis yang dianggap punya peluang besar secara komersial. Mereka yang tidak masuk radar, perlahan-lahan dipinggirkan, bahkan jika punya potensi besar. Dunia hiburan ternyata tak jauh berbeda dengan bisnis lainnya - penuh kepentingan tersembunyi.
4. Tekanan Mental yang Tak Terlihat
Dalam laporan yang dipublikasikan oleh Jurnal Psikologi Klinis Indonesia (2022), 49 persen artis muda di Indonesia mengaku mengalami gangguan kecemasan, depresi ringan, atau tekanan mental dalam dua tahun pertama karir mereka. Tekanan dari agensi, ekspektasi publik, dan tekanan sosial menjadi pemicu yang jarang dibahas secara terbuka.
Efek Domino ke Pelaku UMKM
Fenomena tenggelamnya artis juga berdampak pada pelaku UMKM yang mengandalkan promosi melalui endorsement. Data dari SMESCO Indonesia menunjukkan bahwa 45 persen UMKM yang menggunakan jasa selebgram atau artis dengan popularitas jangka pendek tidak mendapatkan dampak penjualan jangka panjang. Hanya terjadi lonjakan sesaat, lalu menurun tajam setelah artis tersebut tidak lagi relevan.
Sistem yang Menelan Korban
Dr. R. Widya Pratama, pakar bisnis hiburan dari Universitas Padjadjaran, menyebutkan dalam seminar "Sustainability in Entertainment Industry" (2023) bahwa artis baru di Indonesia seringkali hanya dijadikan komoditas jangka pendek. Tanpa pembinaan jangka panjang, mereka menjadi korban sistem yang haus akan viralitas.
Menurutnya,
"Industri hiburan kita lebih suka mengandalkan nama baru, yang segar dan viral, lalu meninggalkannya begitu tak menarik lagi. Ini pola yang membuat banyak talenta muda berakhir tanpa kejelasan."
Artis yang Bertahan Punya Pola Khusus
Hanya segelintir artis yang mampu bertahan lebih dari dua tahun. Polanya selalu sama: mereka punya brand pribadi yang kuat, cerdas membangun komunitas loyal, adaptif terhadap tren baru, dan punya visi bisnis jangka panjang. Data dari Creative Industry Research Center menunjukkan bahwa artis yang mampu memperluas karirnya ke bidang bisnis lain seperti fashion, kuliner, atau edukasi memiliki peluang 4 kali lebih besar bertahan hingga 5 tahun.
Catatan Penting Bagi Pelaku UMKM
Pelaku UMKM di Indonesia harus waspada saat memilih artis atau selebgram untuk endorsement. Jangan hanya terpancing oleh jumlah pengikut. Perlu dicek apakah figur tersebut punya dampak yang nyata, komunitas loyal, serta konsistensi dalam jangka panjang.
Indonesian Digital Marketing Report 2023 menulis bahwa hanya 18 persen selebgram yang mampu memberikan efek penjualan berulang kepada brand yang mereka promosikan. Sisanya hanya memberikan efek sesaat.
Kesimpulan
Fakta bahwa 90 persen artis hanya bertahan kurang dari dua tahun bukan isapan jempol. Ini adalah kenyataan pahit yang menunjukkan bahwa dunia hiburan tidak sekadar soal bakat dan keberuntungan, tetapi juga strategi, karakter kuat, mental baja, dan manajemen yang cerdas.
Bagi siapapun yang ingin menapaki dunia hiburan, fakta ini harus menjadi peringatan. Tanpa persiapan matang, bisnis hiburan akan menjadi mesin yang memakai bakatmu dan membuangmu saat kamu tidak lagi laku.
Bagi pelaku UMKM dan pemilik bisnis yang menggantungkan promosi lewat artis atau selebgram, fakta ini adalah alarm penting. Pilihlah figur publik dengan bijak - jangan hanya karena viral, tetapi karena punya potensi bertahan dan membawa dampak yang nyata dalam jangka panjang.












