Industri kecantikan dan perawatan tubuh adalah bisnis bernilai miliaran dolar yang terus berkembang. Setiap tahun, muncul produk baru yang dijanjikan mampu membuat kulit lebih cerah, lebih muda, dan lebih sehat. Namun, ada satu pertanyaan besar yang jarang ditanyakan: apakah kita benar-benar tahu apa yang ada dalam setiap tetes krim, serum, atau pembersih wajah yang kita gunakan?
Jawabannya bisa lebih mengerikan dari yang dibayangkan. Di balik kemasan mewah dan kampanye pemasaran yang menarik, banyak produk kecantikan mengandung bahan kimia berbahaya yang masih beredar luas di pasaran. Yang lebih mencurigakan, produk-produk dari merek besar tetap lolos regulasi meskipun berbagai studi telah menunjukkan potensi efek sampingnya. Siapa yang melindungi kepentingan mereka? Dan bagaimana ini mempengaruhi UMKM yang mencoba bertahan di tengah dominasi korporasi raksasa?
Kandungan Berbahaya yang Masih Digunakan
Banyak orang percaya bahwa produk yang dijual di pasaran telah melalui uji keamanan yang ketat. Namun, faktanya, ada berbagai bahan berbahaya yang tetap digunakan dalam produk kecantikan dan perawatan meskipun telah dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan. Beberapa di antaranya adalah:
-
Paraben - Digunakan sebagai pengawet dalam banyak produk kecantikan. Sebuah penelitian dalam Journal of Applied Toxicology menemukan bahwa paraben dapat mengganggu keseimbangan hormon dan dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
-
Sodium Lauryl Sulfate (SLS) - Bahan yang membuat sabun dan sampo berbusa, tetapi studi dari Environmental Working Group menyebutkan bahwa SLS bisa menyebabkan iritasi kulit dan meningkatkan penyerapan zat kimia beracun lainnya.
-
Triclosan - Antibakteri yang sering ditemukan dalam produk perawatan kulit dan pasta gigi, namun telah dilarang di beberapa negara karena berpotensi menyebabkan gangguan endokrin dan resistensi antibiotik.
-
Formaldehida - Ditemukan dalam beberapa produk cat kuku dan perawatan rambut, bahan ini telah diklasifikasikan sebagai karsinogen oleh WHO.
Jika kandungan ini terbukti berbahaya, mengapa tetap digunakan?
Perlindungan untuk Merek Besar, Hambatan bagi UMKM
Salah satu alasan utama mengapa zat-zat berbahaya ini tetap digunakan adalah dominasi perusahaan besar yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi regulasi. Merek-merek global memiliki sumber daya untuk melobi pemerintah, membiayai penelitian yang menguntungkan mereka, dan bahkan mendanai kampanye iklan besar-besaran yang menutupi potensi bahaya produknya.
Sebaliknya, UMKM di sektor kecantikan dan perawatan justru menghadapi regulasi yang lebih ketat. Banyak usaha kecil yang menggunakan bahan alami harus berjuang lebih keras untuk membuktikan keamanan produknya meskipun mereka tidak menggunakan zat beracun.
Sebagai contoh, banyak pengusaha kosmetik herbal skala kecil kesulitan mendapatkan izin edar karena prosedur pengujian yang mahal dan rumit. Namun, produk impor dari merek besar sering kali lolos tanpa hambatan meskipun mengandung bahan berisiko tinggi.
Apakah ini kebetulan, atau ada kepentingan besar yang sedang dimainkan?
Pola Bisnis yang Mencurigakan
Bila ditelusuri lebih jauh, ada beberapa pola mencurigakan yang menunjukkan bagaimana industri besar melindungi kepentingannya:
-
Standar Keamanan Ganda
Banyak zat yang dilarang di Eropa tetapi masih digunakan di Asia dan negara berkembang lainnya. Misalnya, pewarna sintetik tertentu yang dilarang di Uni Eropa masih ditemukan dalam kosmetik yang dijual di Indonesia dan beberapa negara lain. -
Pengalihan Perhatian Melalui Tren Kecantikan
Industri kecantikan kerap menciptakan tren yang membuat konsumen fokus pada manfaat produk, bukan bahaya yang tersembunyi. Tren seperti glass skin, clean girl aesthetic, atau 10 langkah skincare ala Korea dibuat agar masyarakat terus membeli produk tanpa mempertanyakan kandungannya. -
Tekanan terhadap UMKM dan Produk Alternatif
Beberapa laporan menunjukkan bahwa merek besar secara aktif menekan produsen lokal yang mencoba menghadirkan produk berbahan alami. Caranya bisa melalui pelaporan produk sebagai ‘tidak memenuhi standar’ atau dengan membuat bahan baku alami menjadi lebih sulit diakses dan lebih mahal. -
Penguasaan Distribusi dan Iklan
Produk dari merek besar mendominasi rak-rak toko dan platform e-commerce berkat kerja sama dengan distributor utama. Sementara itu, produk UMKM sering kali tersisih karena tidak mampu membayar biaya promosi yang mahal.
Dampak bagi Konsumen dan UMKM
Dengan terus beredarnya produk berbahan berbahaya, konsumen menjadi pihak yang paling dirugikan. Mereka tidak hanya berisiko mengalami efek samping kesehatan, tetapi juga terus-menerus terdorong untuk membeli produk yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
Sementara itu, UMKM yang menawarkan solusi lebih aman menghadapi tantangan besar untuk bertahan. Tanpa dukungan dari regulator dan pasar, banyak usaha kecil akhirnya gulung tikar atau terpaksa mengikuti standar industri yang telah ditetapkan oleh korporasi besar.
Kesimpulan: Apakah Kita Akan Terus Dibodohi?
Industri kecantikan bukan sekadar bisnis, tetapi sebuah sistem yang dikendalikan oleh pemain besar dengan kepentingan yang kuat. Mereka tidak hanya menentukan tren dan standar kecantikan, tetapi juga membentuk regulasi yang lebih menguntungkan bagi mereka sendiri.
Sementara bahan berbahaya tetap beredar dan UMKM ditekan, pertanyaannya adalah: apakah kita sebagai konsumen akan terus membiarkan diri terjebak dalam sistem ini?
Saatnya untuk lebih kritis dalam memilih produk kecantikan dan mendukung pelaku usaha kecil yang berusaha menawarkan alternatif yang lebih aman. Jika tidak, kita hanya akan menjadi bagian dari permainan besar yang dirancang untuk menjaga keuntungan korporasi, bukan kesehatan kita.









.jpg)


